Perpisahan... Kata-kata itu selalu sukses bikin gue merinding. Gue emang membenci perpisahan, apa pun penyebab perpisahan itu, karena buat gue perpisahan sangat rentan dengan kehilangan dan ketakutan terbesar gue adalah kehilangan seseorang (dan juga sesuatu).
Tapi sayangnya..., perpisahan adalah sesuatu yang harus selalu gue hadapi siap atau tidak, mau atau tidak, suka atau tidak.
Kemarin gue dihadapkan pada sebuah perpisahan lagi. Jam 3 pagi, hp papa berbunyi, dari keluarga di Jakarta. Tante gue meninggal, rumahnya dirampok sekawanan orang tak dikenal dan dia dibacok hingga akhirnya meninggal.
Jadi inget...
Beberapa minggu yang lalu secara nggak sengaja gue ketemu tante gue itu. Dia ngomel karena gue jarang banget ketemuan sama keluarga bokap, dia nyuruh gue dan keluarga (yang kebetulan pada saat itu lagi ada masalah) untuk ke Jakarta, menginap di rumahnya di daerah Bintaro seperti yang sering kami lakukan dulu. Lalu ketika berpamitan tante ngasih gue duit seratus ribu, buat jajan katanya.
Kalo aja gue tahu kalo umur tante sebentar lagi, gue pasti bakalan selalu menyempatkan diri untuk mampir ke BIntaro setiap kali gue ke Jakarta. Kalo aja gue tahu tante bakalan dipanggil secepat itu, gue tentunya bakalan lebih sering berkomunikasi dengannya. Kalo aja gue tahu bahwa perpisahan dengan tante bakalan secepat dan setragis ini, maka gue... gue bakalan bersikap lebih baik padanya.
Sekarang, gue cuma bisa berdo'a yang terbaik untuknya. Cuma bisa menangis. Cuma bisa menyesal atas hal-hal yang seharusnya bisa kulakukan lebih baik lagi. Cuma bisa bersedih. Dan penderitaan itu semakin dalam ketika gue melihat berita tentang pembunuhannya di tv.
Selamat jalan tante Lina - tante otok-ku tersayang! :(
|